Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, baru-baru ini menyampaikan bahwa pertumbuhan konsumsi masyarakat di Indonesia masih mengalami keterbatasan. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa modal perbankan tetap dalam kondisi yang kuat dan stabilitas sektor jasa keuangan mampu terjaga dengan baik.
Dalam rapat kerja yang diadakan bersama Gubernur Bank Indonesia dan OJK, Mahendra menyoroti bahwa meskipun terdapat tantangan dalam perekonomian global, stabilitas sektor jasa keuangan di Indonesia masih terjaga hingga bulan September 2025. Ia mengingatkan pentingnya tetap memperhitungkan dampak dari perlambatan pertumbuhan kredit yang diakibatkan oleh kondisi global yang tidak menentu.
Menurut Mahendra, situasi global yang penuh tantangan kini memperlambat rebound atau pemulihan konsumsi domestik. Ia menekankan perlunya perhatian pada bagaimana kedua faktor tersebut saling mempengaruhi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai ekonomi nasional.
Walaupun menghadapi sejumlah tantangan, Mahendra menunjukkan optimisme terhadap perbaikan pertumbuhan konsumsi. Keyakinan ini didasarkan pada keadaan permodalan perbankan yang kuat, yang tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi dan likuiditas yang berlimpah.
Performa Sektor Keuangan di Tengah Tantangan Global
Mahendra menjelaskan, kondisi perekonomian global yang tidak menentu memberikan dampak langsung pada keperluan untuk mempertahankan stabilitas. Pertumbuhan konsumsi yang masih terbatas menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup hati-hati dalam berbelanja.
Rasio kecukupan modal (CAR) yang mencapai 26,15% menunjukkan bahwa bank-bank di Indonesia memiliki modal yang cukup untuk mengatasi risiko yang ada. Selain itu, liquidity coverage ratio (LCR) yang mencapai 205,94% menambah keyakinan terhadap kemampuan bank dalam menciptakan likuiditas yang memadai.
Total kredit yang diberikan oleh perbankan tercatat sebesar 8.163 triliun dan mengalami pertumbuhan sebesar 7,7% secara tahunan, lebih baik jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada bulan Agustus yang tercatat di angka 7,56%. Ini mengindikasikan bahwa meskipun terdapat pelambatan, sektor perbankan masih berkembang dengan baik.
Mahendra menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) juga dikelola dengan baik. Rasio NPL gross dan net masing-masing tercatat 2,24% dan 0,86%, menunjukkan bahwa risiko kredit dalam sektor perbankan tetap terjaga.
Optimisme Terhadap Pertumbuhan Konsumsi di Masa Depan
Dari total dana pihak ketiga (DPK) yang tercatat 9.694 triliun, pertumbuhan mencapai 11,16% secara tahunan. Ini merupakan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Agustus yang hanya 8,49%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Menurut Mahendra, meski terdapat tantangan, data dan indikator-indikator yang ada menandakan adanya harapan untuk pulihnya konsumsi domestik ke depannya. Dengan permodalan yang baik, diharapkan sektor keuangan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Sejalan dengan itu, OJK akan terus melakukan pemantauan dan penyesuaian kebijakan guna memastikan bahwa sektor keuangan dapat memberikan dukungan optimal terhadap pertumbuhan ekonomi. Komitmen ini menjadi sangat penting di tengah berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Optimisme terhadap masa depan turut mendorong perbankan untuk menjaga stabilitas dalam pencairan kredit. Komitmen ini adalah bagian dari upaya untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tantangan dan Langkah Strategis ke Depan
Melihat kondisi global yang tak menentu, Mahendra mengingatkan pentingnya adaptasi bagi bank-bank dalam mengelola risiko. Kebijakan yang lebih fleksibel dan responsif akan diperlukan agar sektor perbankan mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul.
Selain itu, peningkatan kualitas layanan dan inovasi produk juga perlu diterapkan untuk menarik kembali minat masyarakat dalam menggunakan layanan perbankan. Langkah strategis ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan konsumsi domestik yang saat ini masih terhambat.
Di tengah tantangan ini, peningkatan literasi keuangan masyarakat menjadi hal yang krusial. Dengan pemahaman yang baik tentang produk dan layanan keuangan, masyarakat akan lebih berani dalam mengambil keputusan ekonomi yang rasional.
OJK, dalam hal ini, akan terus mendorong program-program edukasi keuangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dalam pengelolaan keuangan. Dengan begitu, diharapkan daya serap masyarakat terhadap layanan perbankan dan produk keuangan lainnya dapat meningkat.
Secara keseluruhan, meskipun saat ini kondisi perekonomian menghadapi berbagai tantangan, optimisme tetap harus dijaga. Dengan permodalan perbankan yang kuat, kestabilan sektor jasa keuangan dapat menjadi fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
