Saham-saham di bursa Asia mengalami pelemahan yang signifikan pada pagi hari terakhir pekan ini. Penurunan ini disebabkan oleh dampak dari tergelincirnya saham-saham teknologi di Amerika Serikat dan meredanya harapan investor terkait pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve pada bulan Desember mendatang.
Kondisi ini membawa sentimen negatif yang melanda pasar Asia, di mana pelaku pasar sudah sangat cemas akan kebijakan moneter yang lebih ketat. Indeks Nikkei 225 di Jepang mencatat penurunan sebesar 1,57% pada pembukaan, diikuti oleh Topix yang mengalami koreksi hingga 0,72%.
Saham-saham sektor teknologi di Jepang mengalami penurunan yang cukup tajam. Misalnya, Advantest mencatat penurunan lebih dari 9%, sementara Tokyo Electron melemah hampir 6% dan Lasertec berkurang nilainya hampir 5%. Selain itu, Renesas Electronics juga mengalami koreksi sebesar 1,95%.
Perkembangan Inflasi di Jepang dan Dampaknya terhadap Pasar
Data inflasi inti Jepang yang dirilis pada bulan Oktober menunjukkan peningkatan dengan laju tercepat sejak bulan Juli. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa Bank of Japan mungkin perlu mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Data inflasi yang meningkat menambah tekanan pada pasar yang tengah berjuang menghadapi volatilitas tinggi di sektor teknologi. Pasar menjadi semakin rentan terhadap berita-berita yang berhubungan dengan kebijakan moneter.
Selain itu, pelemahan pasar di Korea Selatan juga menunjukkan dampak yang sama. Indeks Kospi anjlok hingga 4,09%, sedangkan Kosdaq melemah sebesar 3,01%. Penurunan harga saham dua raksasa chip, Samsung Electronics dan SK Hynix, turut memperburuk situasi.
Situasi Pasar di Australia dan Hong Kong
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 mencatat penurunan sebesar 1,3%, sejalan dengan sentimen global yang kian melemah. Kontraksi ini mencerminkan dampak dari tren penjualan yang melanda bursa global saat ini.
Pasar Hong Kong juga tidak luput dari tekanan. Kontrak berjangka Hang Seng terpantau berada di level 25.460, yang lebih rendah daripada penutupan terakhir HSI di angka 25.835,57. Situasi ini menciptakan ketidakpastian di kalangan investor.
Kekhawatiran mengenai stabilitas pasar terus meningkat, dan hal ini makin diperburuk oleh situasi di sektor teknologi. Sebagai contoh, saham-saham AI di Amerika Serikat turut mengalami penurunan yang drastis.
Dampak dari Data Tenaga Kerja di Amerika Serikat
Data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan mengakibatkan keraguan di kalangan pelaku pasar mengenai kemungkinan penurunan suku bunga acuan The Fed. Hal ini menjadi sinyal bahwa pasar harus bersiap menghadapi kebijakan yang lebih ketat di masa mendatang.
Perkiraan yang dirangkum menggunakan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pelaku pasar memperkirakan peluang sekitar 40% untuk pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin bulan depan. Ini menjadi kemunduran signifikan bagi harapan akan biaya pinjaman yang lebih rendah.
Pada perdagangan terakhir, indeks Nasdaq Composite merosot sebesar 2,16%, setelah sempat meraih penguatan sebesar 2,6%. Penurunan ini turut diikuti oleh indeks utama lainnya seperti Dow Jones dan S&P 500, yang masing-masing turun 0,84% dan 1,56% meski sempat naik pada awal sesi perdagangan.
