Iran vs Israel – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas setelah insiden saling serang yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Pada tanggal 26 Oktober, Israel melancarkan serangan terhadap Iran sebagai balasan atas serangan yang terjadi pada 1 Oktober. Serangan balasan ini menunjukkan bahwa konflik di Timur Tengah belum mereda, dan justru semakin meningkat dengan adanya aksi saling serang yang berkelanjutan.
Setelah serangan dari Israel, laporan terbaru menyebutkan bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan balasan yang lebih besar dan dengan senjata yang lebih canggih. Hal ini tentu saja meningkatkan kekhawatiran mengenai eskalasi konflik di kawasan tersebut, karena kedua negara memiliki kekuatan militer yang cukup besar dan sejarah panjang konflik. Situasi ini menimbulkan spekulasi bahwa kemungkinan akan terus terjadi “jual beli serangan” antara kedua negara, yang berpotensi memperburuk stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Iran dilaporkan akan menggunakan teknologi militer terbaru dalam serangan balasannya, termasuk drone tempur dan sistem peluru kendali yang lebih canggih. Hal ini bertujuan untuk mengirimkan pesan kuat kepada Israel bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika kedaulatannya terancam. Langkah ini juga dipandang sebagai upaya Iran untuk menunjukkan kekuatan militernya di hadapan dunia internasional.
Sementara itu, serangan balasan ini juga dikhawatirkan akan berdampak pada negara-negara lain di kawasan yang memiliki hubungan erat dengan salah satu pihak, baik Iran maupun Israel. Negara-negara tetangga harus waspada terhadap kemungkinan dampak dari konflik ini, termasuk ancaman keamanan dan dampak ekonomi yang mungkin timbul.
Jual beli serangan antara Iran dan Israel bukan hanya ancaman bagi kedua negara tersebut, tetapi juga bagi stabilitas kawasan secara keseluruhan. Masyarakat internasional, terutama negara-negara besar, diharapkan dapat memainkan peran untuk menengahi dan menekan kedua belah pihak agar menghindari eskalasi lebih lanjut. Jika tidak, situasi ini bisa berkembang menjadi konflik skala besar yang akan melibatkan banyak negara dan menambah penderitaan rakyat di kawasan tersebut.
Dengan kedua negara saling menyiapkan kekuatan militer, pertanyaan besarnya adalah: sejauh mana eskalasi ini akan berlanjut, dan apakah masih ada jalan bagi diplomasi untuk menghentikan ketegangan yang terus meningkat?
Iran Disebut Akan Hantam Israel dengan Senjata Lebih Canggih
Laporan terbaru dari Wall Street Journal, yang bersumber dari informasi di Arab Saudi dan Iran, menyebutkan bahwa Iran sedang bersiap untuk melakukan serangan balasan terhadap Israel. Namun, kali ini Iran dikabarkan akan menggunakan senjata yang lebih canggih dibandingkan serangan sebelumnya. Senjata yang akan digunakan termasuk rudal yang lebih powerful serta peralatan militer lain yang belum pernah dipakai dalam serangan-serangan sebelumnya.
Informasi ini menunjukkan bahwa Iran berupaya untuk meningkatkan kapasitas serangan balasannya sebagai tanggapan terhadap serangan udara yang dilancarkan oleh Israel pada tanggal 26 Oktober. Iran tampaknya berencana untuk memberikan respons yang lebih serius dan berupaya menunjukkan kekuatan militernya di hadapan dunia.
Mengutip detikINET dari Fox News, pejabat Mesir menyatakan bahwa mereka telah menerima peringatan dari Iran terkait rencana serangan balasan tersebut. Peringatan ini menyatakan bahwa serangan balasan dari Iran akan dilakukan dengan metode yang kuat dan ‘kompleks’. Istilah ini mengindikasikan bahwa Iran mungkin akan menggunakan strategi militer yang melibatkan penggunaan berbagai jenis persenjataan, termasuk teknologi militer terbaru yang sebelumnya belum pernah digunakan.
Ancaman balasan ini semakin menambah kekhawatiran tentang eskalasi konflik di Timur Tengah. Jika benar Iran akan menggunakan senjata yang lebih canggih dan serangan yang kompleks, hal ini dapat memperburuk situasi di kawasan, meningkatkan potensi korban jiwa, serta memperdalam ketidakstabilan. Para pengamat memperingatkan bahwa situasi yang terus memanas ini dapat berkembang menjadi konflik skala besar jika tidak ada intervensi dari masyarakat internasional untuk menenangkan kedua belah pihak.
Ketegangan antara Iran dan Israel bukanlah hal yang baru, tetapi penggunaan senjata yang lebih canggih dalam konflik ini menunjukkan adanya peningkatan ancaman yang sangat serius. Negara-negara di kawasan Timur Tengah, seperti Mesir dan Arab Saudi, juga bersikap waspada dan memantau perkembangan ini dengan cermat karena dampak konflik ini tidak hanya akan dirasakan oleh kedua negara yang terlibat, tetapi juga oleh seluruh kawasan.
Iran Disebut Akan Hantam Israel dengan Senjata Lebih Canggih: Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Ketegangan antara Iran dan Israel semakin memanas setelah serangan Israel yang menewaskan empat tentara dan seorang warga sipil di Iran. Sebagai balasan, Iran merasa perlu melakukan serangan yang lebih agresif terhadap target militer Israel. Dilaporkan bahwa ada kemungkinan serangan Iran berikutnya akan menggunakan teritori Irak untuk meluncurkan rudal ke Israel, meningkatkan potensi eskalasi regional yang lebih besar.
Belum jelas senjata apa yang akan digunakan oleh Iran dalam serangan balasan ini, namun menurut laporan dari Missile Threat Project di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah dengan berbagai jangkauan. Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat Kenneth McKenzie pernah menyatakan bahwa Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik yang siap digunakan dalam berbagai situasi.
Rudal balistik memiliki lintasan yang membawanya keluar atau mendekati batas atmosfer Bumi sebelum muatan hulu ledak terpisah dari roket dan jatuh ke sasaran. Pada serangan awal Oktober terhadap Israel, Iran menggunakan varian rudal balistik Shahab-3, yang merupakan fondasi rudal balistik jarak menengah milik Iran. Shahab-3, yang mulai beroperasi sejak tahun 2003, mampu membawa hulu ledak hingga 1.200 kilogram. Varian terbaru dari Shahab-3, yaitu Ghadr dan Emad, dikatakan memiliki akurasi hingga mendekati 300 meter dari target.
Selain Shahab-3, media Iran melaporkan bahwa Teheran juga menggunakan rudal Fattah-1 dalam serangan tersebut. Fattah-1 adalah rudal hipersonik yang mampu melaju dengan kecepatan Mach 5, atau lima kali kecepatan suara (sekitar 6.100 kilometer per jam). Rudal hipersonik ini memiliki kemampuan untuk menyerang dengan cepat, membuatnya sulit untuk dicegat oleh sistem pertahanan rudal musuh.
Tak hanya itu, Iran juga mengerahkan rudal Fattah-2, yang merupakan penerus dari Fattah-1. Menurut pejabat Iran, Fattah-2 dirancang untuk menargetkan sistem pertahanan Arrow milik Israel, yang dibangun untuk mencegat rudal balistik jarak jauh. Keberadaan rudal-rudal canggih ini menunjukkan bahwa Iran serius dalam rencana balasannya dan ingin memberikan dampak signifikan terhadap kekuatan militer Israel.
Sistem Pertahanan Israel: Iron Dome hingga THAAD
Di sisi lain, Israel juga telah mempersiapkan diri dengan berbagai sistem pertahanan rudal untuk menghadapi potensi serangan balasan dari Iran. Sistem pertahanan Israel terdiri dari beberapa lapisan yang dirancang untuk memblokir berbagai jenis serangan, mulai dari rudal balistik hingga rudal jelajah dan roket yang terbang rendah.
Pertahanan paling bawah dari sistem rudal Israel adalah Iron Dome, yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan roket serta artileri jarak pendek yang mengancam wilayah sipil. Iron Dome telah terbukti efektif dalam menghadapi serangan roket dari kelompok militan di Gaza.
Sistem pertahanan berikutnya adalah David’s Sling, yang dirancang untuk menghadapi ancaman rudal jarak pendek dan menengah. David’s Sling dikembangkan sebagai proyek gabungan antara perusahaan pertahanan Israel RAFAEL Advanced Defense System dan perusahaan pertahanan Amerika Serikat Raytheon. Sistem ini menggunakan rudal pencegat kinetik Stunner dan SkyCeptor untuk menghancurkan target pada jarak hingga 300 kilometer.
Lapisan berikutnya di atas David’s Sling adalah sistem Arrow 2 dan Arrow 3. Sistem ini juga dikembangkan bersama dengan Amerika Serikat, dan memiliki kemampuan untuk mencegat rudal balistik pada fase akhir ketika rudal mendekati target. Arrow 2 menggunakan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan rudal balistik yang masuk.
Selain itu, untuk mengantisipasi kemungkinan serangan Iran yang lebih canggih, Israel baru saja mendapatkan bantuan tambahan dari Amerika Serikat berupa sistem Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD). Sistem pertahanan ini dioperasikan oleh sekitar 100 tentara Amerika. Menurut Lockheed Martin, perusahaan pembuat senjata terbesar di AS, sistem THAAD sangat efektif dalam mencegat rudal balistik, terutama pada ketinggian yang lebih tinggi di luar atmosfer.
Sistem THAAD dilengkapi dengan enam peluncur yang dipasang di truk, masing-masing dengan delapan rudal pencegat. Sistem ini juga menggunakan radar canggih buatan Raytheon untuk mendeteksi ancaman dari jarak jauh. Dengan biaya sekitar USD 1 miliar per baterai, sistem THAAD memberikan kemampuan pertahanan tambahan bagi Israel untuk menghadapi ancaman rudal balistik yang lebih serius dari Iran.
Apa Dampaknya?
Dengan meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, baik Iran maupun Israel kini berada dalam fase persiapan yang serius untuk menghadapi potensi serangan selanjutnya. Iran bersiap untuk melancarkan serangan balasan yang lebih agresif dengan rudal yang lebih canggih, sementara Israel mengandalkan berbagai sistem pertahanan untuk melindungi warganya dari serangan balistik dan hipersonik.
Eskalasi ini tidak hanya berdampak pada kedua negara, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Negara-negara di kawasan tersebut, serta masyarakat internasional, terus memantau situasi ini dengan cermat, mengingat dampak potensial yang dapat ditimbulkan oleh konflik bersenjata antara kedua negara dengan kekuatan militer yang besar.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah sejauh mana eskalasi ini akan berlanjut, dan apakah ada jalan bagi diplomasi untuk meredakan ketegangan di tengah persiapan senjata canggih oleh kedua belah pihak. Yang jelas, jika tidak ada upaya untuk menenangkan situasi, risiko perang skala besar di kawasan ini akan semakin meningkat.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.